Friday, March 29, 2013

When My Heart Lagged in Derawan Islands

Oh, March 2013 will soon be over. I haven't talked about my trip this month yet.

So, here the story goes...

Earlier this month, precisely on March 9 to 12, I returned to the island of Borneo. If in previous years I always visited West Kalimantan, so this time I visited East Kalimantan. I went to one of the most beautiful places in Indonesia and even in the world. Yes, the place was named Derawan Islands.

I went there with my sister and a best-friend, Warih Suciningtyas and Annisa Jihan Andari. We flew from Jakarta to Tarakan, then continued using a speedboat for almost 4 hours to Derawan Islands. We went with some other traveler from Surabaya and Jakarta. Sponsored by wisatakita.com.

Well, without a lot of words, allow me to present some photographs the other side of heaven on earth. These pictures could speak a thousand words. Enjoy! :)

Where everything is crystal clear, with no stains.
The sky and the sea, a perfect combination.

Yes, a tiny island where you can escape for a moment.
Halcyon!

 The dock that connects you to the open sea.

When speedboats racing each other to flirt with the palm trees.

Well, that was the magic on the land, over the sea. How about under the sea?? Fabulous! God is great with all His creation. Subhanallah. :)

School of fish. 
Coral reefs has always been the perfect place for their adventure. 

The Clown Fish and The Sea Anemone. A perfect match.

Say hello to Spongebob's chum! Hello, Patrick! ;)

An orange pine under the sea.

The gangs of black with the thick orange stripe. 

"Hey man, you're disturbing my break time. Huh!"
 He's got angry and then passed. Bye, old turtle!

When the blue, the yellow, the black and the stripes held a social gathering. 

The yellow are now friends with the zebra.

A gang of blue cuties. 

 A big coral table.

Here's colorful coral reef. 

A group of sea plants.

And no less superb from all of them, at this trip I swam with the sting-less jellyfish. This type of jellyfish which only exist in two places in the world, namely in the Palau Islands, U.S. states, and Derawan Islands, Indonesia! Precisely, on the lake in the middle of Kakaban. Here are few sightings under the lake of Kakaban. All of the pictures are courtesy of trip organizers.

A cute one. Seems like glowing in the water.

The Family.

Go, fish! Let's catch the jellyfish.

Hmmm.... I had such a lovely time! See you again, Derawan! Thank you for the great holiday. :)

Monday, March 25, 2013

The Little Girl

The little girl, now she has grown into an adult female.
She'll track the age of 22 in the next few months.


Time was passed so quickly...

15 years ago, she still so merrily playing hide and seek with her friends
on the field behind her home.
10 years ago, she still so agile attend various academic and non-academic activities,
and scored a variety of achievements.
5 years ago, she graduated from high school at the age of 17, when friends of same age was still sitting in 2nd grade of high school.
More than a year ago, she officially holds a bachelor degree,
in few months after celebrating her 20th birthday.
Today, she is pursuing her career and making her dreams come true.
Tirelessly seek and find happiness for herself,
her parents, her family and the people around her.

May God always protect her, body and soul, heart and mind.

Jakarta, March 25, 2013.

Sunday, August 8, 2010

Empty

..
...
....
.....
yes, it's just emptiness.

Tuesday, May 4, 2010

Multikulturalisme dan Pluralisme dalam Kebudayaan Nasional yang Ber-Bhineka Tunggal Ika

iseng posting tulisan ini abis buka-buka folder tugas semester 2. jadi inget jaman dulu semangat banget kalo ngerjain tugas (nggak kayak sekarang). tulisan ini dibuat untuk mata kuliah sistem budaya indonesia. happy reading :)
Dalam tulisan saya kali ini, saya akan mencoba untuk mengulang konsep-konsep dari pluralisme, multikulturalisme, kebudayaan nasional, dan bhineka tunggal ika berdasarkan sumber-sumber yang saya dapatkan. Walaupun sekilas terlihat bahwa diantara keempat konsep tadi tidak saling berhubungan, tetapi jika ditelaah lebih jauh akan terlihat bahwa keempat konsep-konsep tersebut memiliki benang penghubung yang saling mengaitkan satu dengan yang lainnya. Hubungan diantara pluralisme, multikulturalisme, kebudayaan nasional, dan bhineka tunggal ika itulah yang akan saya bahas dalam esai saya ini.
Menurut kajian ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Pluralisme adalah dapat dikatakan sebagai salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih tersebar. Maka pada kehidupan masyarakat pluralistik dikenal adanya istilah otonomi, yaitu pembagian wewenang dan kekuasaan secara distrik.
Dipercayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan oleh karena itu akan tercipta hasil yang lebih baik. Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting, ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah. Dapat diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, karena, misalnya, lebih besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiknya teknologi kedokteran.
Kehidupan yang plural berarti suatu keadaan dimana anggotanya adalah masyarakat heterogen, contohnya Indonesia. Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing. Dalam pluralisme tidak dikenal lagi adanya konsep intervensi dari pihak yang lebih berkuasa dan kuat terhadap pihak-pihak yang lebih lemah. Karena dalam pluralistik, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Maka, secara teori, keadilan lebih mudah diwujudkan dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat pluralistik daripada masyarakat homogen.
Multikulturalisme adalah sebuah filosofi walaupun terkadang ditafsirkan sebagai ideologi, yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikulturalisme di Indonesia dapat dideskripsikan melalui keanekaragaman etnis dan sukubangsa yang tersebar diseluruh wilayahnya. Multikulturalisme pada suatu bangsa adalah merupakan anugerah Tuhan YME yang patut untuk disyukuri oleh bangsa yang memilikinya.
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Kanada pada tahun 1971. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Belanda dan Denmark, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan monokulturalisme. Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dan Jerman, dan beberapa negara lainnya.
Prinsip multikulturalisme yang wajib untuk diketahui adalah bahwa multikulturalisme harus terbuka terhadap kebudayaan lain. Proses mempelajari kebudayaan mengharuskan kita bersikap multikultural. Untuk masuk dalam satu kebudayaan lain, kita harus berusaha melupakan apa yang kita pelajari dalam kebudayaan kita dan membuka diri terhadap kebudayaan lain yang tengah kita pelajari. Multikulturalisme saat ini merupakan sebuah isu yang hidup sekali-juga secara akademis-banyak diskusi dan penerbitan mengenai multikulturalisme. Multikulturalisme juga dianggap penting secara politis. Di dalam satu masyarakat yang demikian plural, dengan kebudayaan yang begitu heterogen, perlu pemahaman yang didasarkan pada perspektif multikultural.
Kebudayaan sebetulnya merupakan satu tempat di mana seorang anak manusia mempunyai pengalaman belajar pertama. Di dalam studi kebudayaan dibuktikan bahwa untuk keperluan anggota satu kelompok budaya, maka pengetahuan dan nilai-nilai kebudayaan di dalam kelompok itu sebetulnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kebudayaan dari para partisipan kebudayaan. Artinya, contoh bagi kelompok orang Asmat, kebudayaan mereka sudah cukup untuk keperluan mereka. Bagi orang Sumba, kebudayaan mereka sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jadi, setiap kebudayaan menjadi sistem nilai yang cukup memenuhi kebutuhan dari anggota kelompoknya.
Masalah kita adalah bahwa dalam setiap sistem budaya mempunyai cara-cara yang berbeda di dalam memberikan penerusan nilai-nilai atau menyiapkan dirinya menjadi tempat orang belajar. Biarpun kita baru belajar di dalam kebudayaan kita, tapi kalau kita memasuki kebudayaan yang lain, sebetulnya kita dituntut untuk mempelajari kembali. Itu berarti melakukan proses melupakan dulu apa yang sudah kita pelajari di dalam kebudayaan kita. Untuk masuk ke dalam satu kebudayaan yang lain, kita harus berusaha sementara waktu melupakan apa yang kita pelajari di dalam kebudayaan kita tanpa meninggalkannya. Setiap norma di dalam kebudayaan selalu mengandung pengetahuan. Kita mesti belajar tentang pengetahuan itu.
Jadi, prinsip multikultural adalah bahwa kita bisa setiap saat melakukan linking dan delinking di dalam kebudayaan. Kita menghubungkan diri dengan sistem nilai, tetapi kita juga berusaha melepaskan diri dari jebakan sistem nilai yang kita telah miliki supaya kita dapat mengerti sistem nilai yang lain sementara waktu dengan benar. Proses perkenalan kebudayaan pada dasarnya bersifat multikultural. Kita tidak bisa dan tidak boleh fanatik dengan kebudayaan kita sendiri, sementara kita mau mempelajari kebudayaan yang lain. Itu tidak mungkin dapat terjadi.
Jadi, proses mempelajari kebudayaan mengharuskan kita bersikap multikultural, dalam arti bahwa kita harus cukup terbuka untuk sementara waktu. Melupakan dulu norma-norma yang ada dalam kebudayaan kita, kebiasaan-kebiasaan dalam kebudayaan kita supaya kita dapat mengapresiasi, memahami norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan dalam kebudayaan lain menurut syarat-syarat atau tuntutan kebudayaan yang kita pelajari, bukan menurut syarat-syarat atau tuntutan kita.
Titik perhatian yang perlu diperhatikan adalah perbedaan pendapat mengenai “multikulturalisme” apakah menjadi faktor perpecahan ataukah justru menjadi pemersatu suatu bangsa. Maka hal yang harus kita waspadai adalah munculnya perpecahan etnis, budaya dan suku di dalam tubuh bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia yang kita ketahui bersama memiliki bermacam-macam kebudayaan yang dibawa oleh banyak suku, adat-istiadat yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke kita telah banyak mengenal suku-suku yang majemuk, seperti; Suku Jawa, Suku Madura, Suku Batak, Suku Dayak, Suku Asmat dan lainnya. Yang kesemuanya itu mempunyai keunggulan dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Begitu kayanya bangsa kita dengan suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan khasanah yang lain ini, apakah benar-benar menjadi sebuah kekuatan bangsa ataukah justru berbalik menjadi faktor pemicu timbulnya disintegrasi bangsa. Seperti apa yang telah diramalkan Huntington, keanekaragaman di Indonesia ini harus kita waspadai. Karena telah banyak kejadian-kejadian yang menyulut kepada perpecahan, yang disebabkan adanya paham sempit tentang keunggulan sebuah suku tertentu.
Paham Sukuisme sempit inilah yang akan membawa kepada perpecahan. Seperti konflik di Timur-Timur, di Aceh, di Ambon, dan yang lainya. Entah konflik itu muncul semata-mata karena perselisihan diantara masyarakat sendiri atau ada “sang dalang” dan provokator yang sengaja menjadi penyulut konflik. Mereka yang tidak menginginkan sebuah Indonesia yang utuh dan kokoh dengan keanekaragamannya. Untuk itu kita harus berusaha keras agar kebhinekaan yang kita banggakan ini tak sampai meretas simpul-simpul persatuan yang telah diikat dengan paham kebangsaan oleh Bung Karno dan para pejuang kita.
Hal ini disadari betul oleh para founding father kita, sehingga mereka merumuskan konsep multikulturalisme ini dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah konsep yang mengandung makna yang luar biasa. Baik makna secara eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit, semboyan ini mampu mengangkat dan menunjukkan akan keanekaragaman bangsa kita. Bangsa yang multikultural dan beragam, akan tetapi bersatu dalam kesatuan yang kokoh. Selain itu, secara implisit “Bhineka Tunggal Ika” juga mampu memberikan semacam dorongan moral dan spiritual kepada bangsa indonesia, khusunya pada masa-masa pasca kemerdekaan untuk senantiasa bersatu melawan ketidakadilan para penjajah. Walaupun berasal dari suku, agama dan bahasa yang berbeda.
Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang menjembatani terjadinya perbedaan dalam negara Indonesia. Yaitu Pancasila, yang seharusnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yang multikultural, multietnis, dan agama ini. Termasuk dalam hal ini Pancasila haruslah terbuka. Harus memberikan ruang terhadap berkembangannya ideologi sosial politik yang pluralistik.
Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitas ideologi sosial-politik, etnis dan budaya. Melalui Pancasila seharusnya bisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis antara pluralitas agama, multikultural, kemajemukan etnis budaya, serta ideologi sosial politik, agar terhindar dari segala bentuk konflik yang hanya akan menjatuhkan martabat kemanusiaan itu.

Monday, April 12, 2010

How To Enjoy Life Through Gratitude?

actually, this is the writing that I give to myself. so that I can better enjoy life with grateful for what I have. and hopefully this will inspire everyone who has ever felt that life is often unfair. this also special for my best-friend, vira.
enjoy.
Do grateful for this beautiful life.Never stop to give thanks as a form of gratitude for the blessings that we have received.Do grateful to be blessed with health, that makes us able to think clearly and invite others towards a better direction.
Should never delay thanksgiving and gratitude.Because we will never know how much longer to live in this world.So, now also say thanks for all the blessings that we have felt.
Thank you to everyone who helped us to inject the spirit of this life.Thanks to the fiery spirit, we confidently look to the future more meaningful.Believe that there's always hope of a better up ahead.As long as we have never stopped to try, grateful, and based prayer.
Learn to be grateful to accept whatever we are experiencing today.Gratitude makes clear our minds and hearts more peaceful, happy.
Do grateful not only for all the things we already have and feel so far, but also for all the negative things that had been hoped for never came.
Always improve
the quality of ourselves by saying gratitude to God, the Owner of us.And used to give thanks to the people as a form of our sincere appreciation to them.

everything has its own beauty.
everyone has their own beauty.
we have our own gift, own fortune, and own luck.
just do grateful of them, best-friend. :)

Tuesday, March 30, 2010

Hagan's Pyramid and Prism of Crime???

March 30, 2010
11:06 am

Hagan's Pyramid and Prism of Crime
now, I do not know anything about it. now, I do not know at all.
and now I really faltered in the task of that.
yes, completely choked. do not know what to write.
was almost an hour I tried to do.
without substance. without knowledge.
still keep trying to do.
OK, maybe now I do not know anything about it all.
but, I would have known this difficult matter on Thursday, 1 April 2010, the college of Post Modern Theory of Criminology.
I would know ...

Saturday, March 20, 2010

In Memoriam: Ebet Kadarusman

"Memang baik jadi orang penting.
Tetapi jauh lebih penting untuk jadi orang baik."

-Ebet Kadarusman-
(7 Juli 1938-20 Maret 2010)

Friday, March 19, 2010

Moments with Enron Corporation

too difficult to think well tonight. was almost three hours I was struggling with my laptop. but it is extremely difficult for my brain to think. oh God, please give me inspirations.

issues of Enron Corporation and its stuff concerned to white collar crime studies are my obligation to finish this week. I do not even know the company before. I either hang out or something less that the company is not known.

I do not know the Enron Corporation, yes, because I was never too concerned to such problems of the world.
social and political side of me have not honed when the Enron Corporation went bankrupt.


2001, the year in which Enron Corporation and its bankrupt became the most popular news in the international business of the world.
and even I was still sitting on the bench of primary school at that time. is clear and certain that I did not know things like that complicated. My mind has not much capacity to think about it.


I do not care.
like the other children in general primary schools, of course, at that time I was only interested in playing, playing, playing and school.


ohh, how much fun to be the kids.
life without the burden. free and relaxed..

Wednesday, March 17, 2010

Bedtime Prayer

I want to enjoy the coolness of heaven.
I write my wishes.
that should never be wasted.
I want this life is always uncertain.
no lie.
that brings life.into hell.

Tuesday, March 16, 2010

River Under the Sea




Di perairan Cenote Angelita, Mexico ada sebuah gua. Jika menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu terlihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.




Seorang penyelam bernama Anatoly Beloshchin*, ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang sangat segar rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Belum diketahui penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan ini.**





















* di pojok kanan bawah tiap foto tertera nama penyelam yang mengambil foto-foto tersebut.
* selengkapnya klik link ini:
http://ivandrio.wordpress.com/2010/03/07/subhanallah-ada-sungai-dalam-laut/